Jumat, 28 September 2012

Analisis Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Laba pada CV. ABADI Di Samarinda



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Modal kerja merupakan masalah pokok dan topik penting yang sering kali dihadapi oleh perusahaan, karena hampir semua perhatian untuk mengelola modal kerja dan aktiva lancar merupakan bagian yang cukup besar dari aktiva. Modal kerja dibutuhkan oleh setiap perusahaan untuk membelanjai operasinya            sehari-hari, misalnya untuk pembelian bahan mentah, membiayai upah gaji pegawai, dan lain-lain, di mana uang atau dana yang dikeluarkan tersebut diharapkan dapat kembali lagi masuk dalam perusahaan dalam waktu singkat melalui hasil penjualan produksinya. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk selalu meningkatkan efisiensi kerjanya sehingga dicapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan yaitu mencapai laba yang optimal.
Laba adalah salah satu faktor yang penting dalam mempengaruhi kemajuan dan kemunduran  suatu perusahaan. Artinya, meningkatkan laba berarti meningkatkan kesejahteraan pada perusahaan tersebut. Jika perusahaan tersebut dapat meningkatkan laba secara optimal, maka akan terjadi penambahan modal kerja. Sebaliknya, jika perusahaan tidak dapat meningkatkan laba secara optimal, maka terjadi pengurangan modal kerja.
Perusahaan akan selalu berusaha mencapai laba yang optimal secara efisien dan efektif serta berusaha mempertahankan kelansungan hidup perusahaan. Adapun cara perusahaan meningkatkan laba yaitu dengan cara meningkatkan volume penjualan, menaikkan harga penjualan dan mengurangi biaya. Proses dalam pencapaian laba tersebut membutuhkan ketersediaan dana atau modal kerja yang cukup untuk membeli aktiva tetap, membeli persediaan barang jadi, membayar gaji karyawan, dan untuk kepentingan transaksi perusahaan maupun untuk menjaga likuiditas perusahaan. Dana yang dibutuhkan oleh perusahaan bersumber dari pemilik perusahaan (modal sendiri) maupun modal dari pinjaman (hutang jangka panjang).
Agar tetap dapat survive, maka perusahaan harus bisa melakukan efisiensi untuk menekan biaya agar dapat mengimbangi keuntungan dan mengurangi kerugian. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan.
Modal kerja memiliki sifat yang fleksibel, besar kecilnya modal kerja dapat ditambah atau dikurangi sesuai kebutuhan perusahaan. Menetapkan modal kerja yang terdiri dari kas, piutang, dan persediaan harus dimanfaatkan seefisien mungkin. Besarnya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan, karena baik kelebihan atau kekurangan modal kerja sama-sama membawa dampak negatif bagi perusahaan. Dengan kata lain, modal kerja yang cukup akan dapat memberikan keuntungan yang maksimal.
Dalam suatu perusahaan, pengelolaan modal kerja merupakan hal yang sangat penting juga, karena meliputi pengambilan keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana membiayai aktiva ini. Perusahaan yang tidak dapat memperhitungkan tingkat modal kerja yang memuaskan, maka perusahaan kemungkinan mengalami insolvency (tidak mampu memenuhi kewajiban jatuh tempo) dan bahkan mungkin terpaksa harus di likuidasi. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup hutang lancar sedemikian rupa, sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Sementara itu, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang terlalu besar dari yang dibutuhkan akan mengakibatkan terjadinya dana yang menganggur, sehingga tidak efisien dalam penggunaan dana. Sebaliknya, jika perusahaan menetapkan modal kerja yang lebih kecil dari kebutuhan, akan menimbulkan kerugian atau kehilangan kesempatan untuk memperoleh laba. 
Pengelolaan modal kerja yang baik merupakan tanggung jawab setiap pimpinan perusahaan, sehingga dalam setiap penggunaan modal kerja perusahaan dapat tercapai suatu keseimbangan dalam hal penyediaan dan penggunaan modal kerja tersebut. Kebanyakan perusahaan menempuhnya melalui kebijakan peningkatan omzet penjualan, baik perusahaan jasa, perusahaan perdagangan dan perusahaan manufaktur. Hal ini terlihat dari perencanaan yang disusun sebagian perusahaan dari tahun ke tahun, peningkatan pembuatan pemesanan akan selalu menjadi prioritas utama perusahaan  untuk meningkatkan laba.
Oleh sebab itu peran manajer beserta staffnya sangat menentukan dalam mengelola aktivitas perusahaan secara efektif dan efisien sehingga dapat mencapai hasil yang seoptimal mungkin sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan yaitu meningkatkan nilai perusahaan.
Secara khusus penelitian ini dimaksudkan supaya laporan keuangan dapat memberikan informasi mengenai  pengelolaan modal kerja.
CV ABADI Samarinda merupakan salah satu  perusahaan yang bergerak di bidang konveksi, yaitu pelayanan jasa membuat pakaian jadi, yang melaksanakan pemesanan dan penjualan secara tunai dan kredit. Perusahaan beralamatkan di Jalan K.H. Usman Ibrahim N0.48 RT.15 Samarinda, Kalimantan Timur.
Pakaian merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Dari tahun ke tahun, permintaan pesanan pembuatan pakaian terus meningkat, terbukti bahwa selama tiga puluh tahun ini perusahaan CV ABADI tetap bertahan.
Perusahaan ini menerima pesanan pembuataan pakaian secara kredit dan tunai. Pembayaran kredit dilakukan  secara berangsur sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Jika telah jatuh temponya, maka pelanggan wajib membayar angsuran tersebut. Pembayaran pesanan pakaian secara cash juga dilakukan. Setelah pemesanan selesai dibuat maka pihak perusahaan akan menelpon pelanggan yang memesan pakaian tersebut. Pihak perusahaan memberitahukan, bahwa pesanan pelanggan telah selesai dibuat. Atau dengan cara mencatat tanggal pemesanan dan tanggal pesanan pakaian tersebut bisa diambil. Serta diharapkan dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggannya. Agar lebih dapat memberikan kepercayaan dan kepuasan pada pelanggan, tujuannya agar dapat meningkatkan profit bagi perusahaan.
Harga pemesanan pakaian tergantung dari berbagai macam ukuran, aneka model, bentuk hiasan dan jenis kain yang dipergunakan sebagai bahan. Semakin susah tingkat pembuatannya, maka semakin mahal harga pemesanan pakaian tersebut. Melayani pemesanan pembuatan pakaian baik untuk pria, wanita, remaja, anak-anak, hingga lanjut usia. Biasanya pelanggan yang memesan pakaian disekitar Samarinda maupun di luar Samarinda, misalnya Tenggarong dan Bontang.
Dalam hal ini, hasil pemesanan pakaian, jasa, kualitas kepuasan dan kepercayaan merupakan hal yang paling utama dan penting bagi kelangsungan perusahaan, untuk itu peran penting para pegawai perusahaan yang pada posisi di bidang pembuatan pakaian harus memiliki target khusus dalam membuat pemesanan pakaian tersebut, tugas penting lainnya untuk para pegawai selain menjaga kualitas, mereka harus ramah dan sabar dalam menghadapi berbagai macam karakter pelanggan.
CV ABADI dalam menjalankan kegiatan operasional usahanya tentunya harus selalu memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi peningkatan laba dan kemajuan usahanya. Selama ini CV ABADI telah membuat laporan keuangan setiap tahunnya dan dari laporan keuangan tersebut dapat diketahui sebagian elemen-elemen  yang mempengaruhi modal kerja dan tingkat labanya.
Berikut kondisi modal kerja, pendapatan, dan laba operasi perusahaan dari tahun 2008,2009,2010 adalah sebagai berikut :
Tabel 1.1    Perbandingan jumlah modal kerja, pendapatan, dan laba operasi

Keterangan
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Modal Kerja
Rp 923.239.589,00
Rp 1.374.502.506,00
Rp 1.846.517.464,00
Pendapatan
Rp 399.948.677,00
Rp 387.045.467,00
Rp 393.382.420,00
Laba Operasi
Rp 470.523.973,00
Rp 460.181.235,00
Rp 467.871.080,00

Sumber : Laporan Keuangan CV. ABADI Samarinda
Berdasarkan tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah modal kerja, pendapatan dan laba operasinya pada tahun 2010 meningkat dari tahun sebelumnya. Namun mengenai modal kerja dan tingkat labanya masih perlu dianalisis lebih lanjut, apakah efisien dalam penggunaannya, karena peningkatan yang terjadi pada pendapatan juga diikuti dengan peningkatan pada aktiva perusahaan. Di samping itu, efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva yang menghasilkan laba tersebut. Oleh sebab itu maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul  “Analisis Pengelolaan Modal Kerja Terhadap Tingkat Laba pada CV. ABADI Di Samarinda.”

B.  Rumusan Masalah.
Berdasarkan pada uraian-uraian dalam latar belakang di atas, maka masalah pokok yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah :
“Apakah pengelolaan modal kerja untuk usaha CV.  ABADI Samarinda dari  tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 sudah efisien dalam meningkatkan labanya jika ditinjau dari rasio aktivitas dan profitabilitas.”
C.   Tujuan  Penelitian dan Kegunaan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui pengelolaan modal kerja terhadap tingkat laba pada CV  ABADI dari tahun 2008, 2009, dan 2010.
Sedangkan kegunaan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut :
1)   Sebagai bahan informasi dan pertimbangan  bagi pimpinan dalam membuat keputusan, perencanaan serta menentukan kebijaksanaan yang diambil untuk kepentingan CV ABADI Samarinda, sehingga dapat lebih mengoptimalkan keuntungan bagi perusahaan, serta dapat dipergunakan sebagai referensi dalam menambah wacana pengetahuan khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan modal kerja.
2)   Hasil penelitian ini sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang akan mengembangkan penelitian lebih lanjut dalam kajian yang lebih luas.


Analisis Perputaran Modal Kerja pada PT Buran Nusa Respati Di Samarinda



BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
                        Seiring dengan berkembangnya zaman, baik dalam bidang ekonomi, sosial budaya, teknologi, politik, komunikasi yang satu sama lainnya saling berkaitan dan saling mempengaruhi  khususnya dalam bidang ekonomi yang saat ini banyak didominasi oleh adanya persaingan antar pelaku-pelaku ekonomi yakni Badan Usaha Milik Negara, Perusahaan-perusahaan Swasta dan Perusahaan-perusahaan Jasa. Perusahaan yang kuat akan bertahan hidup dan sebaliknya perusahaan yang tidak mampu bersaing kemungkinan akan dilikuidasi atau mengalami kebangkrutan.
                    Perusahaan Jasa merupakan salah satu bentuk kerja sama dalam bidang perekonomian, khususnya  bergerak di bidang pelayanan yang bertujuan untuk melayani dan memenuhi kebutuhan masyarakat, dan diharapkan mampu bersaing dengan perusahaan jasa lainnya yang ada di Indonesia. Terkait hal tersebut  PT Buran Nusa Respati yang berlokasi di Jalan Pulau Samosir No. 6 Samarinda yang merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang Jasa Pelayanan dan hasil produksinya berupa Speed Boat dan kapal yang dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat sebagai sarana pelayaran Nasional. Kegiatan usahanya adalah memperoduksi Speed Boat dan Kapal yang kemudian dijual dan disewakan kepada perusahaan yang menggunakan jasa pelayaran.
                    PT Buran Nusa Respati dalam menjalankan kegiatan operasional usahanya tentunya harus selalu memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi perputaran modal kerjanya karena dalam menjalankan aktivitas usahanya selalu membutuhkan modal kerja, akan tetapi kebutuhan akan modal kerja sering tidak diimbangi dengan pengelolaan yang baik dari pihak manajemen sehingga menimbulkan kekurangan bahkan kelebihan modal kerja. Selain itu kinerja perusahaan tersebut dapat dilihat dari penggunaan modalnya terhadap pengelolaan kegiatan perusahaan sehari-hari dan bila modal tersebut tidak digunakan secara efektif dan efisien dapat dikatakan pengelolaan perusahaan mengalami hambatan dalam manajemennya.
                    Pada dasarnya tujuan perusahaan didirikan adalah untuk mencapai keuntungan maksimal, menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan mencapai kesejahteraan masyarakat sebagai tanggung jawab sosial perusahaan, disamping itu setiap perusahaan akan selalu mengembangkan atau memperluas usahanya. Untuk itu, maka bagi setiap perusahaan di dalam mengelola usahanya selalu membutuhkan modal kerja yang cukup. Kebutuhan modal kerja perlu diperhitungkan secara cermat dan tepat, sehingga perusahaan dapat mengalokasikan modal kerja secara baik dan tepat, dalam arti menggunakannya secara efektif dan efisien.
                    Adanya modal kerja yang cukup adalah sangat penting karena dengan modal kerja yang cukup dalam artian modal kerja yang tersedia sesuai dengan kapasitas usahanya, hal tersebut memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi dengan se-ekonomis mungkin dan perusahaan tidak mengalami kesulitan dalam menghadapi bahaya-bahaya yang mungkin timbul karena adanya krisis atau kesulitan keuangan, akan tetapi dengan modal kerja yang berlebihan menunjukkan adanya dana yang tidak produktif dan hal tersebut akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan karena adanya kesempatan untuk memperoleh keuntungan telah disia-siakan, sebaliknya adanya ketidak cukupan dalam modal kerja merupakan sebab utama kagagalan suatu perusahaan, oleh karena itu  alat analisis perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dan perputaran modal kerja merupakan suatu analisis yang menggambarkan seberapa besar kebutuhan modal kerja dan perubahan unsur-unsur modal kerja selama periode yang bersangkutan serta dapat mengetahui seberapa efektif modal kerja dalam perusahaan tersebut, dimana modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat digunakan untuk menjalankan kegiatan operasinya sehari-hari.
Tabel 1.1  PERBANDINGAN JUMLAH MODAL KERJA, PENDAPATAN, DAN LABA OPERASI TAHUN 2008-2010

Keterangan
Tahun 2008
Tahun 2009
Tahun 2010
Modal Kerja
 Rp   5.383.686.221,00
 Rp 10.088.321.451,08
Rp 14.256.729.606,84
Pendapatan
  Rp 10.018.221.050,00
 Rp 11.424.830.760,00
Rp 12.443.051.810,00
Laba Operasi
     Rp   2.058.111.426,00
   Rp   2.965.883.007,44
Rp   3.501.281.006,47
Sumber : Laporan Keuangan PT Buran Nusa Respati Samarinda, Tahun 2011
Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa jumlah modal kerja, pendapatan dan laba operasinya pada tahun 2008 sampai dengan 2010 mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Namun mengenai modal kerja dan tingkat labanya masih perlu dianalisis lebih lanjut, apakah efisien dalam penggunaannya, karena peningkatan yang terjadi pada pendapatan juga diikuti dengan peningkatan pada aktiva perusahaan. Di samping itu, efisiensi baru dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan aktiva yang menghasilkan laba tersebut. Oleh sebab itu maka penulis sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul  “Analisis Perputaran Modal Kerja pada PT Buran Nusa Respati Di Samarinda”.
B. Rumusan Masalah
                    Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, maka yang menjadi pokok permasalahan akan dianalisis dibahas dalam studi ini adalah sebagai berikut:      “Apakah tingkat perputaran modal kerja pada PT Buran Nusa Respati Samarinda pada tahun 2008-2010 mengalami peningkatan atau penurunan? “.
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
     1.    Tujuan Penelitian
      Tujuan yang hendak dicapai sehubungan dengan penelitian studi yang dilakukan adalah untuk menganalisis tingkat perputaran modal kerja yang dicapai perusahaan.
2.    Kegunaan Penelitian
      Kegunaan dari penelitian studi ini adalah sebagai berikut:
a.    Bagi perusahaan : Sebagai bahan informasi bagi pihak perusahaan yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan jangka pendek maupun jangka panjang bagi kelanjutan operasional perusahaan dalam hal perputaran modal kerjanya.
b.      Bagi kalangan akademisi : Sebagai bahan referensi bagi mereka yang mengambil mata kuliah manajemen keuangan atau bagi penulisan penelitian sejenis.
c.       Bagi penulis : Sebagai pengembangan pengetahuan tentang implementasi teori manajemen keuangan pada perusahaan.




BAB II
DASAR TEORI

A. Manajemen Keuangan
     1.  Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan (financial management) merupakan manajemen yang mengelola masalah keuangan perusahaan, di mana manajemen keuangan sangat berperan dalam keberhasilan suatu perusahaan. Pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen keuangan yang efektif dan efisien sangat menunjang dalam mencapai sasaran jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang perusahaan yaitu perolehan keuntungan, pertumbuhan dan perluasan usaha, karena manajemen keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis, dan pengendalian kegiatan keuangan.
Fungsi manajemen keuangan merupakan faktor pendukung dalam mengendalikan semua aktivitas yang terjadi di perusahaan itu sendiri, baik secara internal maupun eksternal serta dalam hal pengambil keputusan dalam perusahaan guna mencapai tujuan yang diharapkan oleh perusahaan baik tujuan jangka pendek maupun tujuan jangka panjang karena hal tersebut berkaitan erat dalam memaksimalkan nilai perusahaan. Secara khusus, fungsi keuangan tiap perusahaan berbeda satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. perbedaan ini biasanya tergantung dari jenis usaha yang dijalankan serta besar kecilnya aktivitas perusahaan tersebut. oleh sebab itu dari fungsi manajemen keuangan ini, perusahaan dapat menentukan seberapa besar kemampuan yang dimiliki dalam menjalankan kegiatan operasionalnya.
Sehubungan dengan hal tersebut, agar dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai pengertian manajemen keuangan, maka berikut ini beberapa definisi yang di kemukakan oleh para ahli manajemen keuangan, yaitu:
Menurut Brigham yang dikutip oleh Kasmir (2010:22), mengemukakan pendapatnya bahwa:
“ manajemen keuangan adalah seni (art) dan ilmu (science), untuk me-manage uang, yang meliputi proses, institusi/lembaga, pasar dan instrument yang terlibat dengan masalah transfer uang diantara individu, bisnis, dan pemerintah”.
Menurut Sutrisno (2009:3), mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian manajemen keuangan sebagai berikut:
“Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha-usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien”.
Gafenski dan Brigham (2000:6) mendefinisikan manajemen keuangan sebagai berikut :
“Financial management is defined by the function and responsibilities of financial manager are planning, for acquiring and utilizing fund in way that maximize the efficiency of the organization’s operation”.
Pengertian dari kutipan tersebut adalah Manajemen Keuangan didefinisikan sebagai fungsi dan tanggung jawab manajer keuangan yaitu merencanakan, mencari dan memanfaatkan dana dengan cara untuk memaksimumkan efesiensi dari kegiatan atau operasi perusahaan.
Menurut Johnson (2000:10) menyatakan bahwa, Financial management is maxzimize net present value or wealth by seeing that cash is on hand to pay bills on time, and to assist in the most profitable allocation of resource within the firm.
Apabila diterjemahkan secara bebas manajemen keuanangan adalah mengusahakan adanya uang setiap waktu guna membayar kebutuhan yang diperlukan dan membantu memperoleh laba semaksimal mungkin dalam jangka waktu yang panjang dari alokasi faktor-faktor produksi dalam satu perusahaan.
Menurut horne (2000:2) menyatakan bahwa, financial management is concerned the acquisition, financing and management of assets with some overall goal in mind.
Apabila diterjemahkan secara bebas manajemen keuangan adalah secara aktivitas berhubungan dengan perolehan, pendapatan dan pengelolaan aktiva dengan bebera tujuan menyeluruh.
Berdasarkan beberapa definisi mengenai manajemen keuangan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi manajemen keuangan pada dasarnya terdiri atas dua fungsi :
a.         Fungsi Memperoleh dana (obtaining of funds) atau fungsi pendanaan yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif pendanaan atau keputusan pendanaan (financing decision), dan
b.        Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana (use / allocation of funds) yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif investasi.
Tujuan dari manajemen keuangan itu sendiri harus melalui dua pendekatan dalam mencapai tujuannya,  menurut Kasmir (2010:13) yaitu:
a.    Profit risk approach, dalam hal ini berkaitan dengan seorang manajer tidak sekedar mengejar maksimalisasi profit, akan tetapi juga harus mempertimbangkan resiko yang bakal dihadapi serta harus terus melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap seluruh aktivitas yang dijalankan dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Secara garis besar profit risk approach terdiri dari:
a)    Maksimalisasi profit
b)   Minimal risk
c)    Maintain control
d)   Achieve flexibility (careful management of fund and activities).
b.  Liquidity and profitability, merupakan kegiatan yang berhubungan dengan bagaimana seorang manajer keuangan mengelola likuiditas dan profitabilitas perusahaan. Dalam hal likuiditas, manajer keuangan harus sanggup untuk menyediakan dana (uang kas) untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu dan mampu me-manage keuangan perusahaan sehingga mampu meningkatkan laba perusahaan dari waktu ke waktu serta mampu mengelola aset perusahaan sehingga terus berkembang dari waktu ke waktu.

Demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian manajemen keuangan mempunyai arti yang sama dengan manajemen pembelanjaan. Dan dari berbagai konsep yang digunakan oleh ahli ekonomi tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen keuangan adalah suatu manajemen dana yang berhubungan dengan bagaimaan cara untuk mendapatkan dana bagi suatu perusahaan, serta bagaimana cara untuk menggunakan dana yang ada tersebut dengan cara yang paling efisien sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.
2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi dan posisi perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Biasanya laporan keuangan dibuat per periode, misalnya tiga bulan, atau enam bulan untuk kepentingan intern perusahaan dan adapun untuk laporan lebih luas dilakukan 1 tahun sekali. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimiliki perusahaan dalam memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau menghindari ancaman yang mungkin timbul sekarang dan dimasa yang akan datang.
Sehubungan dengan hal tersebut, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas, maka beberapa ahli memberikan definisi-definisi yang dapat membantu dalam pemahamannya.
Menurut Myer yang dikutip oleh Munawir (2007:5) mengatakan bahwa yang dimaksud dengan laporan keuangan adalah:
“Dua daftar yang disusun oleh Akuntan pada akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba dan telah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar ketiga yaitu daftar surplus atau daftar laba yang tak dibagikan (laba yang ditahan)”.

Menurut Kasmir (2010:66), mendefinisikan pengertian laporan keuangan adalah: “Laporan keuangan merupakan laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini dalam suatu periode tertentu”.
Kemudian menurut Sadeli ( 2000 : 18 ) pengertian laporan keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahan, serta hasil yang dicapai selama periode tertentu.
Menurut Baridwan ( 2004 : 18 ) Laporan Keuangan yang disusun oleh manajemen biasanya terdiri dari :
a.    Neraca, yaitu laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu perusahaan pada tanggal tertentu.
b.   Laporan Laba Rugi , yaitu laporan yang menunjukan hasil usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntansi.
c.    Laporan perubahan modal, yaitu laporan yang menunjukan                  sebab-sebab perusahaan modal dari jumlah pada awal periode menjadi jumlah modal pada akhir periode.

Dengan melihat laporan keuangan akan dapat dinilai kemampuan perusahaan, dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, struktur modal perusahaan, ke efektifan pengunaan aktiva, hasil usaha untuk pendapatan yang diperoleh, dan beban yang dibayar perusahaan yang bersangkutan.
Laporan Keuangan bersifat historis serta menyeluruh dan sebagai suatu progres report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan hasil dari suatu kombinasi menurut Munawir ( 2007 : 6 ) dalam bukuya Analisis Laporan Keuangan. Sifat laporan keuangan antara lain :
a.       Fakta yang telah dicatat ( Recorded fact )
b.      Perinsip-perinsip dan Kebiasaan-kebiasaan dalam akuntansi ( accounting convention and postulate )
c.       Pendapat pribadi ( personal judgment )

Tujuan laporan keuangan menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 : 24) dalam buku Akuntansi Intermediate yang diterjemahkan oleh Emil Salim antara lain :
1.      Sebagai informasi yang berguna dalam membuat keputusan investasi.
2.      Sebagai informasi yang berguna dalam penilaian prospek arus kas masa depan.
3.      Sebagai informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan didalamnya.

Sedangkan menurut Sadeli ( 2000 : 18-19 ) tujuan laporan keuangan, antara lain :
1.      Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang kekayaan dan kewajiban.
2.      Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih perusahaan sebagai hasil dari kegiatan usaha.
3.      Menyajikan informasi yang dapat diandalkan tentang perubahan kekayaan bersih yang bukan berasal dari kegiatan usaha.
4.      Menyajikan informasi lain yang sesuai atau relevan dengan keperluan para pemakainya.

Berikut akan dijelaskan komponen laporan keuangan, untuk lebih memahami mengenai unsur-unsur laporan keuangan itu sendiri. Pada umumnya bentuk-bentuk laporan keuangan sebagai berikut :
2.1  Neraca
Neraca merupakan laporan yang menunjukkan jumlah aktiva (harta), kewajiban (utang), dan modal perusahaan (ekuitas) perusahaan pada saat tertentu. Artinya, dari suatu neraca akan tergambar berapa jumlah harta, kewajiban, dan modal suatu perusahaan. Neraca dapat dibuat untuk mengetahui kondisi (jumlah dan jenis) harta, utang dan modal perusahaan pada tanggal tertentu, maksudnya neraca dibuat dalam waktu tertentu setiap saat dibutuhkan, namun yang pasti, biasanya akhir tahun atau kuartal.
Menurut Horne yang dikutip oleh Kasmir (2010:69), pengertian neraca adalah sebagai berikut:
“Neraca adalah ringkasan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu yang menunjukkan total aktiva dengan total kewajiban ditambah total ekuitas pemilik”.
Menurut Sutrisno (2009:9), mendefinisikan pengertian neraca sebagai berikut:
“Neraca adalah laporan yang menunjukkan posisi keuangan seuatu perusahaan pada saat tertentu yang mempunyai dua sisi, sisi debit dan sisi kredit”.
Menurut Munawir (2007:13) menyatakan bahwa: “ Neraca adalah laporan yang sistematis tentang aktiva, hutang serta modal dari suatu perusahaan pada suatu  saat tertentu”.
Sedangkan menurut Jusup ( 2003 : 21 ) pengertian neraca adalah sebagai berikut :
”Neraca atau sering disebut juga laopran posisi keuangan adalah suatu daftar yang menggambarkan aktiva (harta kekayaan), kewajiban dan modal yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.”

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa neraca menggambarkan posisi keuangan perusahaan secara keseluruhan. Dalam neraca jumlah aktiva akan sama besar dengan jumlah pasiva terdiri dari dua golongan kewajiban yaitu terhadap pihak luar yang disebut hutang dan kewajiban terhadap pemilik modal yaitu yang disebut modal sehingga neraca berisi tiga bagian utama yaitu aktiva, hutang, dan modal yang menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
Bentuk-bentuk umum neraca yang digunakan adalah sebagai berikut:
a.         Bentuk Skontro (account form)
Neraca bentuk skontro merupakan bentuk seperti huruf “T”, oleh karena itu sering juga disebut T form. Dalam bentuk ini neraca dibagi ke dalam 2 posisi, yaitu di sebelah kiri berisi aktiva dan di sebelah kanan terdapat kewajiban dan modal dan biasanya di sebut dengan bentuk horizontal.
b.    Bentuk Laporan (report form)
       Neraca bentuk laporan ini sering disebut juga bentuk vertikal yang disusun dari atas terus ke bawah yaitu mulai dari aktiva lancar, seperti kas, bank, efek terus komponen aktiva tetap, komponen aktiva lainnya, komponen kewajiban lancar, komponen utang jangka panjang, dan terakhir adalah komponen modal (ekuitas).
c.    Bentuk neraca yang disesuaikan dengan kedudukan atau posisi keuangan perusahaan.
       Bentuk ini bertujuan agar kedudukan atau posisi keuangan yang dikehendaki nampak jelas, misalnya besarnya modal kerja netto (net working capital) atau jumlah modal perusahaan.
2.2  Laporan Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan kondisi usaha suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu. Artinya, laporan laba rugi harus dibuat dalam suatu siklus operasi atau periode tertentu guna mengetahui jumlah perolehan pendapatan (penjualan) dan biaya yang telah dikeluarkan, sehingga dapat diketahui, perusahaan dalam keadaan laba atau rugi.
Pengertian Laporan Laba Rugi menurut Brigham dan Houston (2009:50), menyatakan bahwa:
“Laporan laba rugi adalah laporan yang mengikhtisarkan pendapatan dan pengeluaran perusahaan selama satu periode akuntansi, yang biasanya setiap satu kuartal atau satu tahun”.

Sedangkan menurut Munawir (2007:26), adalah sebagai berikut:
“Laporan laba rugi merupakan suatu laporan yang sistematis tentang penghasilan, biaya, rugi-laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”.
Menurut Kasmir (2010:81), menyatakan pengertian laporan laba rugi ialah:
“Laporan laba rugi merupakan laporan yang menunjukkan jumlah pendapatan atau penghasilan yang diperoleh dan biaya-biaya yang dikeluarkan dan laba rugi dalam suatu periode tertentu”.

Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa laporan laba rugi berisi tentang penghasilan dan biaya serta merupakan gambaran keadaan (laba/rugi) yang dihadapi perusahaan dalam periode tertentu biasanya dalam kurun waktu satu tahun.
Perusahaan umumnya menyajikan laporan rugi laba dalam format atau susunan dan bentuk yang berbeda antara perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain karena belum adanya keseragaman tentang susunan laporan rugi laba bagi tiap-tiap perusahaan. Namun prinsip-prinsip yang umumnya diterapkan dalam perusahaan menurut Munawir (2007:26) adalah sebagai berikut:
a.    Bagian yang pertama menunjukkan penghasilan yang diperoleh dari usaha pokok perusahaan (penjualan barang dagangan atau memberikan service) diikuti dengan harga pokok dari barang/service yang dijual, sehingga diperoleh laba kotor.
b.    Bagian kedua menunjukkan biaya-biaya operational yang terdiri dari biaya penjualan dan biaya umum/administrasi (operating expenses).
c.    Bagian ketiga menunjukkan hasil-hasil yang diperoleh di luar operasi pokok perusahaan, yang diikuti ddngan biaya-biaya yang terjadi di luar usaha pokok perusahaan (non operating/financial income dan expenses).
d.   Bagian keempat menunjukkan laba atau rugi yang insidentil (extra ordinary gain or loss) sehingga akhirnya diperoleh laba bersih sebelum pajak pendapatan.
Mengenai bentuk laporan rugi laba, menurut Munawir (2007:26) terdapat dua macam bentuk yaitu :
a.    Bentuk Single Step, yaitu menggabungkan semua penghasilan menjadi satu kelompok dan semua biaya dalam satu kelompok, sehingga untuk menghitung rugi laba bersih hanya memerlukan satu langkah yaitu mengurangkan total biaya terhadap total penghasilan.
b.    Bentuk Multiple Step, bentuk ini dilakukan pengelompokkan yang lebih teliti sesuai dengan prinsip yang digunakan secara umum.

2.3  Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal merupakan laporan yang menggambarkan jumlah modal yang dimiliki perusahaan saat ini. Laporan ini juga menunjukkan perubahan modal serta sebab-sebab berubahnya modal.
Menurut Darsono dan Ashari (2005:24) laporan perubahan modal  adalah laporan yang menggambarkan saldo dan perubahan hak si pemilik yang melekat pada perusahaan.
Sedangkan menurut Mardiasmo (2000:51) laporan perubahan modal adalah laporan yang menggambarkan mengenai perubahan modal perusahaan, yang terjadi selama periode tertentu.
Laporan perubahan modal kerja disebut juga dengan Statement of fund atau statement of financial changes. Perubahan yang terjadi dalam modal kerja harus dibuatkan laporannya yang sering disebut dengan nama laporan perubahan modal kerja. Secara umum laporan perubahan modal kerja menggambarkan:
a.    Posisi modal kerja per periode
b.    Perubahan modal kerja
c.    Komposisi modal kerja
d.   Jumlah modal kerja yang berasal dari penjualan saham
e.    Jumlah modal kerja yang berasal dari utang jangka panjang
f.     Jumlah modal kerja yang digunakan untuk aktiva tetap
g.    Jumlah aktiva tetap yang telah dijual
2.4  Laporan Laba Ditahan   
Pada akhir periode biasanya juga disusun laporan yang menunjukkan sebab-sebab perubahan modal perusahaan. Perusahaan dengan bentuk perseroan, perubahan modalnya ditunjukkan dalam laporan laba ditahan. Perusahaan menahan laba untuk berbagai kepentingan, perubahan laba ditahan terjadi karena pemegang saham biasa mengijinkan perusahaan untuk menginvestasikan kembali dana tetapi tidak sebagai deviden.
Menurut Brigham dan Houston (2009:51), menyatakan bahwa:
“Laporan laba ditahan adalah pernyataan yang melaporkan berapa banyak laba perusahaan yang ditahan dalam usahanya dan tidak dibayarkan ke devidennya”.
Sedangkan menurut Munawir (2007:27), mengemukakan pengertian Laporan Laba Ditahan adalah:
“ Laporan laba yang ditahan adalah laba atau rugi yang timbul secara insidentil dapat diklasifikasikan tersendiri dalam laporan-laporan Rugi-laba atau dicantumkan dalam laporan laba yang ditahan (retained earning statement) atau dalam laporan perubahan modal, tergantung pada konsep yang dianut perusahaan”.

Demikian berarti laporan laba ditahan merupakan laporan laba yang diperoleh perusahaan yang sebagian keuntungannya dapat dibayarkan sebagai dividen dan sebagian lagi ditahan oleh perusahaan. Apabila perusahaan belum mempunyai tujuan tertentu mengenai penggunaan keuntungan tersebut, maka keuntungan tersebut merupakan keuntungan yang ditahan (retained earning). Dalam laporan dicantumkan pendapatan yang diperoleh pada tahun tertentu, deviden kas dibagikan dengan perubahan saldo laba yang ditahan pada awal dan akhir tahun tersebut.        
2.5  Laporan Aliran Kas
Ringkasan aliran kas untuk suatu periode tertentu (1 tahun). Laporan ini kadang disebut laporan sumber dan penggunaan dana yang menunjukkan aliran operasi perushaan, investasi dan aliran kas pendanaan serta menunjukkan perubahan kas dan surat berharga.
3.  Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan merupakan analisis terhadap  laporan keuangan yang telah disusun berdasarkan data yang relevan, serta dilakukan dengan prosedur akuntansi dan penilaian yang benar, agar dapat terlihat kondisi keuangan perusahaan sesungguhnya. kondisi keuangan yang dimaksud adalah diketahuinya berapa jumlah harta (kekayaan), kewajiban (utang), serta modal (ekuitas) dalam neraca yang dimiliki. kemudian juga akan diketahui jumlah pendapatan yang diterima dan jumlah biaya yang dikeluarkan selama periode tertentu dalam mencapai target yang telah direncanakan sebelumnya.
Hasil dari analisis laporan keuangan juga akan memberikan informasi tentang kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan. Dengan mengetahui kelemahan ini, maka manajemen akan dapat memperbaiki atau menutupi kelemahan tersebut. kemudian kekuatan yang dimiliki perusahaan harus dipertahankan atau bahkan ditingkatkan karena kekuatan tersebut dapat dijadikan modal selanjutnya kedepan dalam merencanakan dan mengambil keputusan yang tepat sehingga hasil yang diharapkan benar-benar tepat pula.
Pengertian analisis laporan keuangan menurut Raharjaputra (2009:194) adalah sebagai berikut:
“Analisis laporan keuangan merupakan proses yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan”.
Menurut Kasmir (2010:92), menyatakan bahwa ada beberapa tujuan dan manfaat dari analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a.    Untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan dalam satu periode tertentu, baik harta, kewajiban, modal maupun hasil usaha yang telah dicapai untuk beberapa periode.
b.    Untuk mengetahui kelemahan apa saja yang menjadi kekurangan perusahaan.
c.    Untuk mengetahui kekuatan yang dimiliki.
d.   Untuk mengetahui langkah-langkah perbaikan apa saja yang perlu dilakukan ke depan yang berkaitan dengan posisi keuangan perusahaan saat ini.
e.    Untuk melakukan penilaian kinerja manajemen ke depan apakah perlu penyegaran atau tidak karena sudah dianggap berhasil atau gagal.
f.     Dapat juga digunakan sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis tentang hasil yang mereka capai.

Analisis laporan keuangan adalah  awal dari proses analisa yang diperlukan untuk menganalisis laporan keuangan. Dan dengan analisis laporan keuangan ini diharapkan dapat menjawab sebuah permasalahan terutama mengenai posisi keuangan dan hasil-hasil usaha suatu perusahaan. Hal ini dilakukan agar akan lebih tepat untuk menilai kemajuan atau kinerja manajemen dari periode ke periode selanjutnya.
4.  Analisis Rasio Keuangan
Salah satu cara untuk melakukan analisis laporan keuangan adalah dengan cara membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan atau antar laporan keuangan. Setelah melakukan perbandingan dapat disimpulkan posisi keuangan suatu perusahaan untuk periode tertentu agar dapat menilai kinerja manajemen dalam periode tersebut. Perbandingan inilah yang disebut dengan analisis rasio keuangan.
Rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan keuangan. Kemudian angka yang diperbandingkan dapat berupa angka-angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Hasil dari rasio keuangan inilah yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen dalam satu periode apakah mencapai target seperti yang ditetapkan atau sebaliknya. Selain itu juga untuk menilai kemampuan manajemen dalam memberdayakan sumber daya perusahaan (aset) secara efektif dan efisien agar dapat dijadikan sebagai evaluasi dalam hal-hal apa saja yang perlu dilakukan ke depan untuk meningkatkan dan mempertahankan perusahaan.
Pada dasarnya macam atau jumlah angka-angka rasio banyak sekali, akan tetapi secara garis besar ada 4 jenis rasio yang dapat digunakan utnuk menilai kinerja laporan keuangan perusahaan, yaitu rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage dan rasio profitabilitas. Untuk lebih jelasnya berikut akan dijelaskan mengenai pengertian dan kegunaan dari masing-masing rasio yang dapat digunakan untuk menganalisis kinerja perusahaan.

4.1  Rasio Likuiditas
Pengertian likuiditas menurut Sutrisno (2009:215) yaitu: “likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya yang segera harus dipenuhi”.
Kewajiban yang harus dipenuhi adalah hutang jangka pendek, oleh karena itu rasio ini bisa digunakan untuk mengukur tingkat keamanan kreditur jangka pendek, serta mengukur apakah operasi perusahaan tidak akan terganggu bila kewajiban jangka pendek ini segera ditagih.
Suatu perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan itu sanggup membayar utang jangka pendeknya tepat pada waktunya. Karena peranan likuiditas itu dianggap begitu penting, maka sering pula dikatakan bahwa likuiditas memberikan kesan pertama tentang baik buruknya suatu perusahaan.
Menurut Sutrisno (2009:216), ukuran rasio likuiditas terdiri dari tiga alat ukur yaitu:
a.  Current Ratio
Current Ratio adalah rasio yang membandingkan antara aktiva lancar yang dimiliki perusahaan dengan hutang jangka pendek. Rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan mungkin tidak akan mampu membayar utang-utangnya di masa depan pada waktunya, terutama bila karena perubahan keadaan ada faktor-faktor yang memperlambat penagihan-penagihan. Sebaliknya, semakin tinggi current ratio menunjukkan semakin besar kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang-hutangnya.
b.  Quick Ratio atau Acid Test Ratio
     Quick ratio merupakan rasio antara aktiva lancar sesudah dikurangi persediaan dengan hutang lancar. Rasio ini menunjukkan besarnya alat likuid yang paling cepat yang bisa digunakan untuk melunasi hutang lancar.
c. Cash Ratio
     Cash ratio adalah rasio yang membandingkan antara kas dan aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas dengan hutang lancar. Aktiva lancar yang bisa segera menjadi uang kas adalah surat berharga.

4.2  Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas ini mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Elemen aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya diukur dari perputaran masing-masing elemen aktiva. Rasio aktivitas juga digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Umumnya rasio ini membandingkan tingkat penjualan dengan investasi dalam berbagai aktiva. Dasar pemikiran pemakaian rasio aktivitas adalah asumsi bahwa harus ada keseimbangan antara tingkat penjualan dengan tingkat investasi dalam berbagai aktiva seperti persediaan, piutang, aktiva tetap dan lain sebagainya.
Menurut Munawir (2007:240), rasio aktivitas adalah  sebagai berikut :
“Rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva yang dimiliki.”
Rasio aktivitas terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut:
a.    Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
     Persediaaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan. Rasio ini berguna untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam mengelola persediaan yang ada akan diubah menjadi penjualan.
b.    Perputaran Piutang (Receivable Turnover)
     Rasio ini menggambarkan kualitas piutang perusahaan dan kesuksesan perusahaan dalam penagihan piutang yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam menagih piutang yang dimiliki.
c.    Perputaran Kas
     Rasio ini digunakan untuk mengukur perputaran kas yaitu berputarnya kas untuk menjadi kas kembali dalam jangka waktu satu tahun. Rasio ini dihitung dengan membagi antara penjualan dengan kas.
d.   Perputaran Modal Kerja
     Rasio ini menunjukkan kemampuan modal kerja netto berputar dalam satu periode siklis kas dari perusahaan. Bila volume penjualan meningkat maka investasi dalam persediaan dan piutang juga meningkat yang berarti juga meningkatnya modal kerja.
e.    Perputaran Aktiva (Assets Turnover)
     Merupakan ukuran efektifitas pemanfaatan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Semakin besar perputaran aktiva semakin efektif perusahaan mengelola aktivanya.
4.3  Rasio Leverage
Menurut Kasmir (2010:112), rasio leverage atau rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sejauh mana aktiva perusahaan dibiayai dengan utang, artinya berapa besar beban utang yang ditanggung perusahaan dibandingkan dengan aktivanya.
Rasio leverage menunjukkan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan dibelanjai dengan hutang. Apabila perusahaan tidak mempunyai leverage atau leverage factornya = 0 artinya perusahaan dalam beroperasi sepenuhnya menggunakan modal sendiri atau tanpa menggunakan hutang. Semakin rendah leverage factor, perusahaan mempunyai resiko yang kecil bila kondisi ekonomi merosot.
Perusahaan dengan rasio leverage yang rendah, memiliki resiko kecil apabila kondisi perekonomian menurun, tetapi sebaliknya, apabila kondisi perekonomian sedang naik (boom) perusahaan akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan (return) yang relatif besar. Keputusan tentang penggunaan leverage harus dipertimbangkan dengan seksama antara kemungkinan resiko (risk) dengan tingkat keuntungan (expected return) yang akan diperoleh. Rasio-rasio leverage terdiri dari beberapa macam, yaitu sebagai berikut:
a.         Rasio Hutang (Debt Ratio atau Total Debt to Total Asset Ratio)
Rasio ini mengukur persentase besarnya dana yang berasal dari hutang. Hutang yang dimaksud di sini adalah semua hutang yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang berjangka panjag. Debt ratio yang rendah dapat menyebabkan tingkat keamanan dana perusahaan menjadi semakin baik dan kreditor lebih menyukai ini.
b.        Rasio Hutang dengan Modal (Debt to Equity Ratio)
Rasio ini merupakan imbangan antara hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri. Semakin tinggi rasio ini berarti modal sendiri semakin sedikit dibanding dengan hutangnya. Sebaiknya besarnya hutang tidak boleh melebihi modal sendiri agar beban tetapnya tidak terlalu tinggi. Untuk pendekatan konservatif besarnya hutang maksimal sama dengan modal sendiri, artinya debt to equity-nya maksimal 100%.
c.         Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak (Time Interest Earnet Ratio atau Coverage Ratio)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang diperolehnya, atau mengukur berapa kali besarnya laba bisa menutup beban bunganya. Semakin tinggi rasio ini menunjukkan bahwa laba yang tersedia untuk membayar biaya bunga semakin besar.
d.        Fixed Charge Coverage Ratio
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menutup beban tetapnya termasuk pembayaran deviden saham preferan, bunga, angsuran pinjaman, dan sewa.
e.         Debt Service Ratio
Merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi beban tetapnya termasuk angsuran pokok pinjaman.
4.4  Rasio Profitabilitas
Keuntungan merupakan hasil dari kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Intinya bahwa penggunaan rasio ini menunjukkan efisiensi perusahaan.
Pentingnya rasio profitabilitas ini karena untuk dapat melangsungkan usahanya, suatu perusahaan haruslah berada pada posisi yang menguntungkan (profitable) dan tanpa adanya keuntungan ini akan sulit bagi perusahaan tersebut untuk bisa menarik modal dari luar.
Rasio profitabilitas terdiri dari beberapa macam yaitu sebagai berikut :
a.         Gross Profit Margin
Rasio ini berguna untuk mengetahui keuntungan kotor perusahaan dari setiap barang yang dijual.
b.        Net Profit Margin
Rasio ini menggambarkan besarnya persentase keuntungan  bersih yang diperoleh oleh perusahaan untuk setiap penjualan yang dilakukan.
c.         Return on Asset
Rasio ini sering disebut sebagai rentabilitas ekonomi. Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan ini efesien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan.
d.        Return On Equity (Rate of Return on net Worth)
Rasio ini berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Laba yang diperhitungkan adalah laba bersih setelah dipotong pajak atau EAT.
e.         Return on Investment
Merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT
f.         Earning Per Share (EPS)
Merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan per lembar saham pemilik. Laba yang digunakan sebagai ukuran adalah laba bagi pemilik atau EAT.

5.  Pengertian Modal
Semakin berkembangnya teknologi yang mendukung munculnya spesialisasi dalam perusahaan serta semakin berkembangnya perusahaan, maka modal sebagai salah satu faktor produksi memiliki arti yang sangat penting dan merupakan jantung dari sebuah perusahaan. Tanpa adanya modal maka perusahaan dapat dipastikan tidak akan dapat melanjutkan kegiatan operasionalnya.
Modal dibutuhkan untuk membelanjai atau membiayai operasi sehari-hari, dengan harapan dana yang telah dikeluarkan tersebut dapat kembali lagi dalam waktu yang relatif singkat untuk selanjutnya dikeluarkan lagi untuk membiayai operasi perusahaan dan begitu seterusnya.
Menurut Munawir (2007:19) mengartikan modal adalah sebagai berikut:
“Modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan yang ditunjukkan dalam pos modal (modal saham), surplus, dan laba yang ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki oleh perusahaan terhadap seluruh hutang-hutangnya”.

Menurut Riyanto (2010:17), pengertian modal adalah sebagai  berikut:
“Modal dapat diartikan yang bersifat klasik dan non-physical oriented, pengertian modal yang klasik adalah sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memprodusir lebih lanjut, sedangkan yang bersifat non-physical oriented adalah modal ditekankan pada nilai, daya beli atau kekuasaan memakai atau menggunakan yang terkandung dalam barang-barang modal”.

Berdasarkan uraian diatas maka modal dapat didefinisikan sebagai berikut, modal merupakan hak pemilik atas harta perusahaan atau kelebihan nilai harta perusahaan daripada jumlah hutang-hutangnya yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan.
6.  Modal Kerja
Modal kerja merupakan modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari, terutama yang memiliki jangka waktu pendek. Modal kerja juga diartikan seluruh aktiva lancar yang dimiliki suatu perusahaan atau setelah aktiva lancar dikurangi dengan utang lancar atau dengan kata lain modal kerja merupakan investasi yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank, surat berharga, piutang, sediaan, dan aktiva lancer lainnya. Biasanya modal kerja digunakan untuk beberapa kali kegiatan dalam satu periode.
Berikut beberapa pengertian modal kerja yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain:
Pengertian modal kerja menurut  Keown (2005:190) adalah sebagai berikut:
“Modal kerja merupakan masalah pembiayaan jangka pendek yang muncul dalam pengelolaan investasi perusahaan pada asset lancar dan penggunaan utang jangka pendeknya”.

Weston dan Copeland (2000:209) pengertian modal kerja sebagai berikut:“Working Capital is defined as current assets minus current liabilities. Thus, working capital represents the firm’s investment in cash, marketable securities, accounts receivable, and inventories  less the current liabilities used to finance the current assets.“
Dari pengertian di atas, modal kerja adalah selisih antara aktiva lancar dan hutang lancar. Dengan demikian modal kerja merupkan investasi dalam kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan dikurangi hutang lancar yang digunakan untuk melindungi aktiva lancar.
Menurut Sutrisno (2009:39), mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian modal kerja sebagai berikut:
“Modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya”.
Sedangkan menurut Raharjaputra (2009:156), pengertian modal kerja adalah:
“Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam jangka pendek atau disebut juga sebagai aset lancar (current assets), diantaranya adalah kas/bank, persediaan, piutang, investasi jangka pendek dan biaya dibayar di muka”.

Terdapat dua konsep utama dalam modal kerja yaitu Net Working Capital atau modal kerja netto dan Gross Working Capital atau modal kerja bruto. Modal kerja netto adalah aktiva lancar dikurangi utang lancar, sedang modal kerja bruto adalah semua pos aktica lancar yang terdiri dari kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.
Kasmir (2010:211-212) mengemukakan tiga konsep mengenai modal kerja yang sering digunakan untuk  analisis yaitu:
a.    Modal kerja kuantitatif, pada konsep ini menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva lancar dan perlu mendapat perhatian dalam bagaimana mencukupi kebutuhan dana untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek, karena konsep ini tidak mementingkan kualitas modal kerja yang dibiayai oleh utang jangka panjang atau jangka pendek atau pemilik modal sehingga kelangsungan operasi perusahaan belum terjamin. Konsep ini sering disebut dengan modal kerja kotor (gross working capital).
b.    Modal kerja kualitatif, merupakan konsep yang menitikberatkan kepada kualitas modal kerja dalam melihat selisih antara jumlah aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar menunjukkan kepercayaan para kreditur kepada pihak perusahaan sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan dana pinjaman dari kreditur. Konsep ini disebut modal kerja bersih (net working capital).
c.    Modal kerja fungsional, menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki dan digunakan perusahaan untuk meningkatkan laba perusahaan. Makin banyak dana yang digunakan sebagai modal kerja seharusnya dapat meningkatkan perolehan laba, demikian pula sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, maka laba pun menurun. Akan tetapi dalam kenyataaannya terkadang kejadiannya tidak selalu demikian.

Berdasarkan definisi modal kerja tersebut dikatakan bahwa modal kerja menurut konsep kuantitatif hanya melihat modal kerja dari aktiva lancar saja, yang mana tidak melihat apakah modal kerja tersebut dibiayai dari pemilik, hutang jangka pendek, hutang jangka panjang bahkan yang besar belum tentu memberikan jaminan akan kelancaran operasi perusahaan. Konsep kualitatif menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang menunjukkan tingkat keamanan bagi para kreditur dan menjamin kelangsungan kegiatan perusahaan. Dan pada konsep fungsional menekankan pada bagaimana memperoleh laba perusahaan dari dana yang digunakan sebagai modal kerja.
Selanjutnya menurut Taylor yang dikutip oleh Sutrisno (2009:41-42) mengelompokkan modal kerja ke dalam dua jenis sebagai berikut:
a.    Modal kerja permanen, adalah modal kerja yang selalu harus ada dalam perusahaan agar perusahaan dapat menjalankan kegiatannya untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua macam yakni:
a)    Modal kerja primer, adalah modal kerja minimal yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin agar perusahaan tetap bisa beroperasi.
b)   Modal kerja normal, merupakan modal kerja yang harus ada agar perusahaan bisa beroperasi dengan tingkat produksi normal.
b.  Modal kerja variabel, adalah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan kegiatan ataupun keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan. Modal kerja variabel terdiri dari:
a)    Modal kerja musiman, merupakan sejumlah dana yang dibutuhkan untuk mengantisipasi apabila ada fluktuasi kegiatan perusahaan.
b)   Modal kerja siklis, adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur.
c)    Modal kerja darurat, adalah modal kerja yang jumlah kebutuhannya dipengaruhi oleh keadaan-keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan.
    
Adanya modal kerja yang cukup, dapat memudahkan perusahaan dalam menghadapi segala bahaya yang mungkin dapat timbul karena adanya krisis keuangan. Berikut ini adalah tujuan dari modal kerja :
a.  Modal kerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan, artinya likuiditas suatu perusahaan sangat tergantung kepada manajemen modal kerja.
b.  Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban pada waktunya. Pemenuhan kewajiban yang sudah jatuh tempo dan segera harus dibayar secara tepat waktu merupakan ukuran keberhasilan manajemen modal kerja.
c.  Memungkinkan perusahaan untuk memperoleh tambahan dana dari para kreditur, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat seperti likuiditas yang terjamin.
d.  Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup.
e.  Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat pelanggan dengan kemampuan yang dimilikinya.
f.  Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan penjualan dan laba.
g.  Perusahaan mampu melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai aktiva lancar.
Masing-masing perusahaan harus dapat menjaga jumlah modal kerja yang dimilikinya agar selalu dalam jumlah yang cukup tidak berlebihan dan tidak juga kekurangan. Sebab-sebab terjadinya kelebihan pada modal kerja antara lain :
a.    Pengeluaran obligasi/saham dalam jumlah yang lebih besar dari yang diperlukan.
b.    Penjualan aktiva tak lancar yang tak diganti.
c.    Terjadinya laba operasi yang tidak digunakan untuk pembayaran dividen, untuk pembelian aktiva tetap atau untuk tujuan lain yang serupa.
d.   Konversi/perubahan dari aktiva tetap ke dalam modal kerja.
e.    Karena akumulasi/penimbunan sementara dari berbagai dana yang disediakan untuk investasi, expansi dan sebagainya.
Selain itu perusahaan juga dapat kekurangan modal kerja yang disebabkan antara lain oleh :
a.    Karena kerugian usaha.
b.    Kebijakan deviden yang kurang baik.
c.    Penggunaan modal kerja untuk memperoleh aktiva tak lancar.
d.   Kenaikan tingkat harga umum.
e.    Perusahaan melakukan ekspansi tetapi tidak diperoleh tambahan modal kerja.
Dalam ketersediaan modal kerja yang dibutuhkan perusahaan harus segera terpenuhi sesuai dengan kebutuhan perusahaan karena untuk memenuhi kebutuhan modal kerja seperti yang diinginkan tidaklah selalu mudah. Hal ini di sebabkan terpenuhi tidaknya kebutuhan modal kerja sangat tergantung kepada berbagai faktor yang mempengaruhinya. Oleh karena itu, pihak manajemen dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan terutama kebijakan dalam upaya pemenuhan modal kerja harus selalu memperhatikan faktor-faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi modal kerja antara lain tergantung dari:
a.    Jenis perusahaan
       Jenis perusahaan meliputi dua macam, yaitu perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa dan non jasa (industri). Kebutuhan modal kerja dalam perusahaan industry lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan jasa. Oleh karena itu, kegiatan perusahaan sangat menentukan kebutuhan akan modal kerjanya agar pengelolaan modal kerjanya lebih efektif dan efisien.
b.    Syarat kredit
       Syarat kredit atau penjualan yang pembayarannya dapat dilakukan dengan cara mencicil (angsuran) juga sangat mempengaruhi modal kerja. Untuk meningkatkan penjualan bisa juga dilakukan dengan berbagai cara dan salah satunya adalah melalui penjualan secara kredit karena penjualan barang secara kredit dapat memberikan kelonggaran kepada konsumen untuk membeli barang dengan cara pembayarannya diangsur (dicicil) beberapa kali untuk jangka waktu tertentu.
c.    Waktu produksi
       Untuk waktu produksi, artinya jangka waktu atau lamanya memproduksi suatu barang. Makin lama waktu yang digunakan untuk memproduksi suatu barang, maka akan makin besar modal kerja yang dibutuhkan dan begitu pula sebaliknya makin pendek waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu barang, maka makin kecil modal kerja yang dibutuhkan.
d.    Tingkat perputaran sediaan
       Pengaruh tingkat perputaran sediaan terhadap modal kerja cukup penting bagi perusahaan karena makin kecil atau rendah tingkat perputaran, maka kebutuhan modal kerja makin tinggi, demikian pula sebaliknya. Dengan demikian, dibutuhkan perputaran sediaan yang cukup tinggi agar memperkecil resiko kerugian akibat penurunan harga serta mampu menghemat biaya penyimpanan dan pemeliharaan sediaan.
Pada pengukuran perputaran modal kerja sangat sulit untuk menentukan alat analisis yang tepat untuk digunakan. Namun salah satu alat analisis yang umum digunakan untuk perhitungan perputaran modal kerja adalah analisis rasio aktivitas di antaranya perputaran modal kerja, perputaran piutang, perputaran persediaan dan perputaran kas. Perhitungan ini menunjukkan dasar apakah modal kerja di perusahaan tersebut telah efektif atau tidak sesuai kondisi dalam perusahaan tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen dalam modal kerja sangat diperlukan oleh perusahaan terutama untuk beberapa alasan diantaranya modal kerja yang terlalu besar dari kebutuhan nyata akan mengakibatkan tidak efisiennya penggunaan modal tersebut. Sebaliknya, bila modal kerja tersebut terlalu kecil jumlahnya juga akan mengganggu jalannya operasi perusahaan. Jadi dengan adanya modal kerja yang cukup, dapat memudahkan perusahaan dalam menghadapi segala bahaya yang mungkin ditimbulkan karena krisis keuangan.

B. Kerangka Pikir
Berikut ini adalah gambaran tinjauan penyusunan mengenai perputaran modal kerja yang terdapat dalam bagan kerangka pikir penelitian di bawah ini:

Text Box: PT Buran Nusa Respati                                                                       
Laporan Keuangan

 
                                                           


 







Fluktuatif
 
Meningkat
 
Menurun
 
                                                                                                                                         



Gambar 2.1 Kerangka Pikir
C. Definisi Konsepsional
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan dasar teori yang telah dikemukakan, maka perlu diberikan batasan pada penulisan proposal ini sehingga dapat diperoleh arah dan pengertian yang jelas. Definisi konsepsional dalam penulisan ini adalah suatu analisa untuk mengetahui perputaran modal kerja perusahaan dalam melaksanakan operasinya.
Adapun yang dimaksud dengan Analisis adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila dibandingkan dengan laporan dari beberpa priode untuk suatu perusahaan tertentu.
Konsep analisis dalam studi ini digunakan dari pendapat Kasmir (2010:224), perputaran modal kerja merupakan salah satu alat untuk mengukur atau menilai keefektifannya modal kerja perusahaan selama periode tertentu.
Menurut Kasmir (2010:210), modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja juga mengandung dua pengertian, yang pertama modal kerja kotor atau gross working capital adalah semua komponen yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan dimana nilai total dari komponen aktiva lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan. Sementara pengertian modal kerja bersih atau net working capital adalah seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek) dimana pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering digunakan.
D. Hipotesis
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
“Jika tingkat perputaran modal kerja pada PT Buran Nusa Respati Samarinda mengalami peningkatan dari tahun 2008 sampai dengan 2010, maka kinerja keuangannya semakin baik, demikian juga sebaliknya”.
 



BAB III
METODE PENELITIAN

A. Definisi Operasional
Definisi operasional menjelaskan prosedur pengujian yang disediakan untuk aplikasi empiris dari suatu konsep dan merupakan jembatan yang menghubungkan tahap teoritis konsepsional dengan tahapan pengamatan empiris. Definisi operasional menyatakan seperangkat prosedur yang menjelaskan aktivitas yang dilakukan untuk penginderaan dan pengukuran dari fenomena yang digambarkan dalam konsep tersebut.
Beberapa konsep yang digunakan dalam penelitian ini diberikan batasan operasional agar lebih jelas maksud, cakupannya serta pengukurannya. Adapun indikator yang digunakan dalam pengukuran variabel yang diteliti sebagai berikut:
a.  Perputaran modal kerja merupakan salah satu alat untuk mengukur dan menentukan keberhasilan manajemen modal kerja dalam perusahaan. Dengan diketahuinya perputaran modal kerja dalam satu periode, maka akan diketahui seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan.
b.  Modal kerja merupakan dana yang diperlukan oleh perusahaan dalam menjalankan dan memenuhi kebutuhan operasional perusahaan. Modal kerja diartikan sebagai yang berputar menjadi uang tunai selama satu putaran operasi perusahaan. Sedangkan yang dimaksud dengan satu putaran operasi adalah jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengubah uang tunai menjadi persediaan, piutang sampai menjadi uang kembali. Putaran operasi ini berlangsung untuk jangka pendek maupun untuk jangka panjang. Putaran operasi jangka pendek hanya berlaku untuk aktiva lancar sedangkan putaran jangka panjang tidak hanya berlaku untuk aktiva lancar tetapi juga termasuk aktiva tetap. Agar modal kerja dapat terus berputar sejalan dengan aktivitas operasi perusahaan sehari-hari, maka perusahaan perlu adanya suatu pengendalian terhadap modal kerja itu sendiri dalam rangka mengadakan pengawasan terhadap modal kerja sehingga modal kerja tersebut dapat digunakan secara efektif, serta dapat dijadikan dasar pengolahan atau perencanaan modal kerja dimasa datang. Komponen dari modal kerja adalah asset yang likuid yang terdapat di dalam neraca. Komponen nya adalah kas, piutang, dan sediaan.
c.  Rasio Aktivitas merupakan rasio yang mengukur seberapa besar tingkat perputaran modal kerja perusahaan dalam memanfaatkan sumber dananya. Rasio aktivitas dinyatakan sebagai perbandingan penjualan dengan berbagai elemen aktiva. Elemem aktiva sebagai penggunaan dana seharusnya bisa dikendalikan agar bisa dimanfaatkan secara optimal. Semakin efektif dalam memanfaatkan dana semakin cepat perputaran dana tersebut, karena rasio aktivitas umumnya diukur dari perputaran masing-masing elemen aktiva. Rasio aktivitas meliputi perputaran kas, perputaran piutang, perputaran modal kerja, dan perputaran persediaan.

B.        Rincian Data Yang Diperlukan
Sebagai bahan analisis dalam penelitian ini, diperlukan data sebagai berikut :
1.        Gambaran umum PT Buran Nusa Respati Samarinda.
2.        Struktur organisasi PT Buran Nusa Respati Samarinda.
3.        Neraca PT Buran Nusa Respati Samarinda per 31 Desember 2008-2010.
4.        Laporan laba rugi PT Buran Nusa Respati Samarinda periode tahun berakhir 2008-2010.
5.        Data lain yang mendukung.
C. Jangkauan Penelitian
Penelitian dilakukan di PT Buran Nusa Respati Samarinda yang beralamat di Jalan Pulau Samosir No. 6 Samarinda, dimulai pada bulan Maret 2010 sampai dengan bulan Juli 2010. Sesuai permasalahan yang akan diteliti, penulisan ini menitikberatkan pada laporan keuangan perusahaan selama tiga periode yaitu tahun 2008, 2009, dan 2010 yang terbatas pada masalah perputaran modal kerja sehingga nantinya dapat diketahui tingkat perputaran modal kerja perusahaan serta perkembangannya selama periode tahun 2008-2010.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penulisan ini diperoleh melalui pengumpulan data sebagai berikut :
1.        Penelitian lapangan (field work research)
Adalah metode penelitian yang didasarkan pada keadaan sebenarnya, dilaksanakan langsung pada obyek yang diteliti dengan menggunakan cara:
a.    Wawancara (interview) yaitu pengumpulan data dengan wawancara langsung terhadap pimpinan perusahaan dan karyawan pada perusahaan.
b.    Dokumentasi (documentation)
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan cara melihat data-data yang ada dalam dokumen-dokumen perusahaan. Khususnya data laporan keuangan  yang berupa laporan laba rugi dan neraca, serta struktur organisasi perusahaan.
2.        Penelitian kepustakaan (library research)
Yakni mengumpulkan teori dan informasi yang erat hubungannya dengan penelitian sebagai pedoman pokok untuk mencari data, dengan demikian data kepustakaan ini sifatnya teoritis yang akan dipakai sebagai pegangan untuk mengumpul data. Data kepustakaan diambil dari literatur-literatur dan catatan kuliah yang ada hubungannya dengan topik penelitian ini.
3.     Jenis data yang dikelompokkan adalah data sekunder. 

E. Alat Analisis dan Pengujian Hipotesis
1.  Alat Analisis
Adapun untuk melakukan analisis dan menguji kebenaran hipotesis yang telah dikemukakan terdahulu maka penulis menggunakan alat analisis rasio sebagaimana diuraikan pada definisi operasional di atas sebagai berikut :
a.    Perputaran Kas
                                               Penjualan
Perputaran Kas  =
                                           Rata-rata Kas


Dikutip dari Sutrisno (2007:48), rasio perputaran kas merupakan berputarnya kas menjadi kas kembali dalam jangka waktu satu tahun. Rasio ini untuk mengetahui kecepatan perputaran kas dalam periode tertentu dan dibandingkan dengan tahun berikutnya apakah terjadi peningkatan perputaran kas atau sebaliknya.
b.    Perputaran Piutang
                                             Penjualan Kredit
        Perputaran Piutang =
                                             Rata-rata Piutang
       
Dikutip oleh Sutrisno (2009:220), rasio perputaran piutang merupakan ukuran efektifitas pengelolaan piutang. Semakin cepat perputaran piutang, maka efektif perusahaan dalam mengelola piutangnya.
c.    Perputaran Persediaan
                                                    Harga Pokok Penjualan
        Perputaran Persediaan  =
                                                      Rata-rata Persediaan

       
Dikutip dari Sutrisno (2009:219), rasio perputaran persediaan merupakan komponen utama dari barang yang dijual, oleh karena itu semakin tinggi persediaan berputar semakin efektif perusahaan dalam mengelola persediaan.

d.    Perputaran Modal Kerja

                                                          Penjualan Bersih
        Perputaran Modal Kerja =
                                                       Modal Kerja ( netto)


Dikutip dari Kasmir (2010:225), perputaran modal kerja merupakan salah satu alat ukur untuk menentukan keberhasilan manajemen modal kerja. Dengan diketahuinya perputaran modal kerja (working capital turnover) dalam satu periode, maka akan diketahui seberapa efktif modal kerja suatu perusahaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa perputaran modal kerja atau working capital turnover merupakan salah satu rasio untuk mengukur atau menilai keefektifannya modal kerja perusahaan selama periode tertentu. Pengukuran ini sebaiknya menggunakan dua periode atau lebih sebagai data pembanding, sehingga memudahkan dalam menilainya.


2.  Pengujian Hipotesis
Adapun kriteria untuk pengujian hipotesis yang telah dikemukakan adalah Analisis Perbandingan.